- Memilih Perangkat Komputer dengan Budget di Bawah 7 Juta Rupiah -
Spesifikasi Komputer dan Harga :
1. Prosesor : Intel Core i5 2500 3.3 Ghz Cache 6 MB Socket LGA 1155
[Harga Rp 1,860,000]
2. Motherboard Gigabyte GA-Z68XP-UD4 (LGA1155, Z68, DDR3, USB 3, SATA 3)
[Harga Rp 1,914, 000]
3. Memory Corsair DDR3 Value 4GB PC10600–CMV4GX3M2A1333 C9 (2X2GB)
[Harga Rp 247,000]
4. Harddisk HDD WDC 750GB SATA3 64MB – Green Power – WD7500AADX
[Harga Rp 811,000]
5. Power Suplay Aerocool E80-600W
[Harga Rp 532,000]
6. Cassing Cooler Master ELITE 372 Non Side Window
[Harga Rp 357,000]
7. Monitor SAMSUNG 16″ S16A100N LCD WIDE SCREEN
[Harga Rp 750,000]
8. DVD-Room Asus External Slim DVD RW – SDRW 08D2S-U
[Harga Rp 390,000]
9. Mouse Logitech New Optical Mouse Combo PS2 & USB
[Harga Rp 64,000]
10. Keyboard Logitech Classic keyboard K120 Black USB
[Harga Rp 81,000]
TOTAL : Rp 6,925,000
Rabu, 20 November 2013
Tugas Kelima PRD : Rahasia Sukses Jepang
Anggota Kelompok:
1. 16513038 Randi Chilyon Alfianto
2. 16513134 Lenny Putri Yulianti
3. 16513188 Alyssa Diva Mustika
4. 16513218 Taufiq Abdullah Salim
5. 16513254 Riyani Prima Dewi
Dibanding negara maju lainnya, masyarakat Jepang memang paling unggul dalam
mengelola sampah, khususnya sampah rumah tangga.
Bagi orang asing yang pertama kali tinggal di Jepang, penanganan sampah di sini memang terkesan “lebay”. Bukan hanya kita tidak boleh membuang sampah sembarangan, tapi kita juga harus memisah-misahkan berbagai jenis sampah sebelum dibuang.
Setidaknya terdapat tiga rahasia sukses Jepang dalam penanganan sampah rumah tangga. Pertama, tingginya prioritas masyarakat pada program daur ulang. Hampir semua orang Jepang paham mengenai pentingnya pengelolaan sampah daur ulang.
Untuk membangun kesadaran itu, kelompok masyarakat seperti “chonaikai” melakukan aksi-aksi kampanye kepedulian lingkungan di berbagai lapisan masyarakat. Beberapa sukarelawan ada yang secara aktif turun ke perumahan untuk memonitor pembuangan sampah, dan berdialog dengan warga tentang cara penanganan sampah.
Kedua, munculnya tekanan sosial dari masyarakat Jepang apabila kita tidak membuang sampah pada tempat dan jenisnya. Rasa malu menjadi kunci efektivitas penanganan sampah di Jepang.
Ketiga, program edukasi yang masif dan agresif dilakukan sejak dini. Anak-anak di Jepang, sejak kelas 3 SD sudah dilatih cara membuang sampah sesuai dengan jenisnya. Hal tersebut membangun kultur buang sampah yang mampu tertanam di alam bawah sadar. Membuang sampah sesuai jenis sudah menjadi “habit”.
Awalnya dulu, resistensi sempat muncul dari beberapa kalangan mengenai perubahan cara membuang sampah ini. Banyak warga, khususnya orang-orang tua, yang memprotes cara baru penanganan sampah, karena dianggap merepotkan. Namun dengan penjelasan dan informasi yang terus menerus mengenai manfaat dari pembuangan sampah, resistensi itu berkurang dengan sendirinya.
Langganan:
Komentar (Atom)