Kamis, 12 September 2013

Part 1 : Tugas Pertama PRD (Solusi)


MENGATUR SIKLUS NITROGEN

Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer (78%) dan merupakan konstituen dari semua jaringan hidup. Meski demikian, penggunaan nitrogen pada bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga diperlukan proses siklus seperti fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi. Di masa lalu, siklus yang terjadi secara alami ini menyebabkan ketersediaan nitrogen dalan batas alami untuk digunakan di biosfer setiap saat. Akan tetapi, kemajuan-kemajuan teknologi dan makin banyaknya perusahaan industri telah meningkatkan batas alami ini dan secara dramatis telah mengubah siklus nitrogen global. Bahkan, akibat perubahan siklus global ini, nitrogen telah menjadi tersangka baru pemanasan global yang lebih berbahaya dari karbon dioksida. Bila diabaikan, tentu akan berpengaruh besar terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Salah satu penyebab dari Global Warming adalah polusi udara yang disebabkan oleh kegiatan industri, kegiatan transportasi, dan lain-lain. Dalam seminar internasional The Utilization of Catalytic Converter and Unleaded Gasoline for Vehicle, terungkap bahwa 70% gas beracun yang ada di udara, terutama di kota besar, berasal dari kendaraan bermotor. Lebih dari dari 20% kendaraan di Jakarta diperkirakan melepas gas beracun melebihi ambang batas yang dinyatakan aman. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan pemakaian bahan bakar gas, dan hal itu akan membawa risiko pada penambahan gas beracun di udara, terutama CO, NO, dan SO2. Bahkan, kendaraan bermotor memperoduksi nitrogen oksida dalam bentuk NO sebanyak 90%. Di udara, NO akan berubah menjadi NO2. Menurut Fardiaz (1992), penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih berbahaya dibanding NO. NO2 merupakan gas toksik yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Jika terpapar NO2 pada kadar 5 ppm setelah 5 menit, akan menimbulkan sesak nafas dan pada kadar 100 ppm dapat menimbulkan kematian (Chahaya, 2003).
Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NOx, diketahui bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari. Gas ini bersifat akumulasi di udara dan apabila tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam (Sugiarta, 2008).
Walaupun peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia selalu meningkat dan menyebabkan polusi sisa pembakaran kendaraan bermotor juga meningkat, pencegahan dari pemerintah selama ini dinilai berbagai kalangan masih kurang tersebar dan kurang efisien. Hal ini berbeda dengan standar polusi yang ditetapkan berbagai negara maju, seperti Uni Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat. Untuk mengurangi masalah emisi gas kendaraan bermotor ini, diperlukan peningkatan dari berbagai program pemerintah, salah satunya adalah Car Free Day.
Kegiatan hari bebas kendaraan bermotor (Car Free Day) telah menjadi tren yang dilaksanakan pada kota-kota di wilayah Indonesia. Car Free Day diinspirasi oleh kesadaran akan menipisnya cadangan sumber daya alam, khususnya minyak bumi serta meningkatnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Dengan adanya Car Free Day (CFD), diharapkan dapat meminimalisasi dan menurunkan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap kendaraan bermotor. Selain itu, diharapkan masyarakat Indonesia dapat termotivasi untuk melaksanakan olah raga dan merasakan alam yang lebih segar dan jauh dari asap kendaraan bermotor.
Penerapan CFD ini tentunya telah berangsur-angsur meningkatkan kualitas udara. Salah satu indikator yang dapat dilihat dari membaiknya kualitas udara adalah menurunnya parameter debu (PM-10), parameter karbon monoksida (CO), dan nitrogen monoksida (NO). Kasubdit Pengendalian Pencemaran Sumber Kegiatan BPLHD, Rina Suryani, menyampaikan bahwa dari hasil evaluasi kualitas udara setelah adanya pelaksanaan Car Free Day adalah kualitas udara meningkat, kadar debu berkurang sampai 40%, kadar CO berkurang sampai 63%, dan NO berkurang sampai 71%.
                Dampak positif lain dari CFD yang telah diselenggarakan ini adalah animo masyarakat untuk berolahraga yang meningkat. Ruas-ruas jalan kawasan CFD hampir selalu dipenuhi masyarakat yang berolahraga, mulai dari sekadar berjalan kaki, bersepeda, bahkan tak jarang ada yang bermain sepak bola atau bulutangkis. Kondisi ini berdampak langsung kepada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Rasa penat, letih, dan bahkan stres akibat kemacetan selama hampir seminggu berusaha masyarakat obati dengan memanfaatkan CFD untuk berolahraga atau bersantai bersama keluarga. Tua muda, anak-anak hingga manula. Tak heran kiranya jika banyak anggota masyarkat yang berharap CFD dilangsungkan lebih sering dan lebih luas.
Oleh karena itu, Car Free Day sebaiknya dapat dimanfaatkan sebagai ajang promosi untuk lebih mengenalkan pentingnya lingkungan sehat. Penyelenggaraan Car Free Day juga harus dicontoh dan diterapkan oleh kota-kota lain sehingga dampaknya akan lebih baik. Pihak penyelenggara CFD pun harus selalu mengevaluasi dan diperbaiki kelemahannya di setiap tahunnya. Salah satu hal yang harus ditingkatkan lagi adalah ketertiban acara Car Free Day sehingga tidak ada pengendara kendaraan bermotor dan mobil yang menerobos ruas jalan yang digunakan untuk Car Free Day selama masih berjalannya acara tersebut. Dengan demikian event Car Free Day dapat menjadi ikon pengembangan olahraga agar lebih meningkat kebugaran jasmani dan menghindarkan alam ini dari ancaman pemanasan global.

Sumber:
1.       Blogspot, 2012. Reducing Global Warming by Car Free Day (online), (http://ririnoviyani.blogspot.com/2012/09/reducing-global-warming-by-car-free-day.html), diakses 4 September 2013 pukul 19.00 WIB.
2.       Chemistry, 2009. Nitrogen – Tersangka Baru dalam Pemanasan Global (online), (http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/nitrogen-tersangka-baru-dalam-pemanasan-global/) , diakses 3 September 2013 pukul 20.00 WIB.
3.       Kompasiana, 2013. Polusi Udara Outdoor Kimia (online), (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/04/04/polusi-udara-outdoor-kimia-542902.html), diakses 3 September 2013 pukul 20.15 WIB.
4.       Littleblog, 2012. Permasalahan dari Daur Karbon dan Daur Nitrogen terhadap Lingkungan (online), (http://littleblog.16mb.com/2012/12/permasalahan-dari-daur-karbon-dan-daur-nitrogen-terhadap-lingkungan/), diakses 3 September 2013 pukul 20.20 WIB.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar