MENGATUR SIKLUS NITROGEN
Nitrogen adalah unsur yang paling berlimpah di atmosfer
(78%) dan merupakan konstituen dari semua jaringan hidup. Meski demikian,
penggunaan nitrogen pada bidang biologis sangatlah terbatas. Nitrogen merupakan
unsur yang tidak reaktif (sulit bereaksi dengan unsur lain) sehingga diperlukan
proses siklus seperti fiksasi nitrogen, mineralisasi, nitrifikasi, dan denitrifikasi.
Di masa lalu, siklus yang terjadi secara alami ini menyebabkan ketersediaan
nitrogen dalan batas alami untuk digunakan di biosfer setiap saat. Akan tetapi,
kemajuan-kemajuan teknologi dan makin banyaknya perusahaan industri telah
meningkatkan batas alami ini dan secara dramatis telah mengubah siklus nitrogen
global. Bahkan, akibat perubahan siklus global ini, nitrogen telah menjadi
tersangka baru pemanasan global yang lebih berbahaya dari karbon dioksida. Bila
diabaikan, tentu akan berpengaruh besar terhadap kesehatan manusia dan
lingkungan.
Salah satu penyebab dari Global Warming adalah polusi udara yang disebabkan oleh kegiatan
industri, kegiatan transportasi, dan lain-lain. Dalam seminar internasional The Utilization of Catalytic Converter and
Unleaded Gasoline for Vehicle, terungkap bahwa 70% gas beracun yang ada di
udara, terutama di kota besar, berasal dari kendaraan bermotor. Lebih dari dari
20% kendaraan di Jakarta diperkirakan melepas gas beracun melebihi ambang batas
yang dinyatakan aman. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan meningkatkan
pemakaian bahan bakar gas, dan hal itu akan membawa risiko pada penambahan gas
beracun di udara, terutama CO, NO, dan SO2. Bahkan, kendaraan
bermotor memperoduksi nitrogen oksida dalam bentuk NO sebanyak 90%. Di udara,
NO akan berubah menjadi NO2. Menurut Fardiaz (1992), penelitian
aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut menunjukkan bahwa NO2
empat kali lebih berbahaya dibanding NO. NO2 merupakan gas toksik
yang dapat menimbulkan gangguan pernapasan. Jika terpapar NO2 pada
kadar 5 ppm setelah 5 menit, akan menimbulkan sesak nafas dan pada kadar 100
ppm dapat menimbulkan kematian (Chahaya, 2003).
Kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi
sepanjang hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas
kendaraan bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NOx, diketahui
bahwa waktu tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari,
sedangkan waktu tinggal NO adalah 4 hari. Gas ini bersifat akumulasi di udara
dan apabila tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam
(Sugiarta, 2008).
Walaupun peningkatan jumlah kendaraan bermotor di
Indonesia selalu meningkat dan menyebabkan polusi sisa pembakaran kendaraan
bermotor juga meningkat, pencegahan dari pemerintah selama ini dinilai berbagai
kalangan masih kurang tersebar dan kurang efisien. Hal ini berbeda dengan
standar polusi yang ditetapkan berbagai negara maju, seperti Uni Eropa, Jepang,
dan Amerika Serikat. Untuk mengurangi masalah emisi gas kendaraan bermotor ini,
diperlukan peningkatan dari berbagai program pemerintah, salah satunya adalah Car Free Day.
Kegiatan
hari bebas kendaraan bermotor (Car Free Day) telah
menjadi tren yang dilaksanakan pada kota-kota di wilayah Indonesia. Car Free Day diinspirasi oleh kesadaran
akan menipisnya cadangan sumber daya alam, khususnya minyak bumi serta
meningkatnya emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global. Dengan adanya Car Free Day (CFD), diharapkan dapat meminimalisasi dan
menurunkan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap kendaraan bermotor.
Selain itu, diharapkan masyarakat Indonesia dapat termotivasi untuk
melaksanakan olah raga dan merasakan alam yang lebih segar dan jauh dari asap
kendaraan bermotor.
Penerapan
CFD ini tentunya telah berangsur-angsur meningkatkan kualitas udara. Salah satu
indikator yang dapat dilihat dari membaiknya kualitas udara adalah
menurunnya parameter debu (PM-10), parameter karbon monoksida (CO), dan nitrogen monoksida (NO).
Kasubdit Pengendalian Pencemaran Sumber Kegiatan BPLHD, Rina Suryani, menyampaikan bahwa
dari hasil evaluasi kualitas udara setelah adanya pelaksanaan Car Free Day adalah kualitas udara meningkat, kadar debu
berkurang sampai 40%, kadar CO berkurang
sampai 63%, dan NO
berkurang sampai 71%.
Dampak positif lain dari CFD
yang telah diselenggarakan ini adalah animo masyarakat untuk berolahraga yang
meningkat. Ruas-ruas jalan kawasan CFD hampir selalu dipenuhi masyarakat yang
berolahraga, mulai dari sekadar berjalan kaki, bersepeda, bahkan tak jarang ada
yang bermain sepak bola atau bulutangkis. Kondisi ini berdampak
langsung kepada peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Rasa penat, letih, dan bahkan stres
akibat kemacetan selama hampir seminggu berusaha masyarakat obati dengan
memanfaatkan CFD untuk berolahraga atau bersantai bersama keluarga. Tua muda,
anak-anak hingga manula. Tak heran kiranya jika banyak anggota masyarkat yang
berharap CFD dilangsungkan lebih sering dan lebih luas.
Oleh
karena itu, Car Free Day sebaiknya
dapat dimanfaatkan sebagai ajang promosi untuk lebih mengenalkan pentingnya
lingkungan sehat. Penyelenggaraan Car
Free Day juga harus dicontoh
dan diterapkan oleh kota-kota lain sehingga dampaknya akan lebih baik. Pihak
penyelenggara CFD pun harus selalu mengevaluasi dan
diperbaiki kelemahannya di setiap tahunnya. Salah satu hal yang harus ditingkatkan
lagi adalah ketertiban acara Car Free
Day sehingga tidak ada
pengendara kendaraan bermotor dan mobil yang menerobos ruas jalan yang
digunakan untuk Car Free Day selama masih
berjalannya acara tersebut. Dengan
demikian event Car Free Day dapat
menjadi ikon pengembangan olahraga agar
lebih meningkat kebugaran jasmani dan menghindarkan
alam ini dari ancaman pemanasan global.
Sumber:
1. Blogspot,
2012. Reducing Global Warming by Car Free
Day (online), (http://ririnoviyani.blogspot.com/2012/09/reducing-global-warming-by-car-free-day.html),
diakses 4 September 2013 pukul 19.00 WIB.
2. Chemistry,
2009. Nitrogen – Tersangka Baru dalam
Pemanasan Global (online), (http://www.chem-is-try.org/artikel_kimia/kimia_lingkungan/nitrogen-tersangka-baru-dalam-pemanasan-global/)
, diakses 3 September 2013 pukul 20.00 WIB.
3. Kompasiana,
2013. Polusi Udara Outdoor Kimia
(online), (http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2013/04/04/polusi-udara-outdoor-kimia-542902.html),
diakses 3 September 2013 pukul 20.15 WIB.
4. Littleblog,
2012. Permasalahan dari Daur Karbon dan
Daur Nitrogen terhadap Lingkungan (online), (http://littleblog.16mb.com/2012/12/permasalahan-dari-daur-karbon-dan-daur-nitrogen-terhadap-lingkungan/),
diakses 3 September 2013 pukul 20.20 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar